Yoga Journey of Mommy Yogini
Berawal dari rasa tertarik kemudian belajar lalu practice
dan terus belajar hingga akhirnya berbagi kepada orang lain sembari tak pernah
berhenti untuk belajar (“to teach is to become a true learner” kata salah satu Guru
yoga Indonesia yang saya kagumi mba Pujiastuti Sindhu), seperti itu kira-kira
secara ringkas yang terjadi dalam kehidupan yoga saya. Semakin saya belajar
banyak tentang yoga, semakin saya tersenyum, kenapa? Saya mulai memahami bahwa
Tuhan sudah mentakdirkan saya di jalan ini, Dia memudahkan jalan ini untuk
banyak alasan yang kesemuanya adalah kebaikan bagi saya.
Sejak tahun 2012 saya tertarik dengan yoga tetapi baru 2
tahun belakangan saya bisa menemukan instruktur yang bisa membimbing saya
belajar tentang yoga. Bukan tidak
memiliki alasan hal tersebut terjadi, saya baru bisa benar-benar practice yoga
saat kehidupan sebagai seorang ibu mengalami peningkatan aktivitas, ya…saya
memiliki 2 balita laki-laki dengan perbedaan jarak umur hanya terpaut 14 bulan.
Memiliki 2 balita laki-laki (yang konon katanya anak laki-laki jauh lebih luar
biasa “heboh” luar biasa aktif ketimbang anak perempuan) tanpa memiliki
babysitter, dan ibu saya yang tinggal berbeda kota dengan saya, sekaligus
menjadi wanita kantoran yang bekerja sejak pagi sampai sore selama 22 hari
dalam sebulan adalah sebuah keadaan yang membutuhkan kesabaran dan kondisi
fisik yang luar biasa. Sempat menggunakan jasa pengasuh tetapi hanya beberapa
bulan saja baik itu untuk anak pertama maupun anak kedua, karena saya tidak
mudah percaya begitu saja menyerahkan sepenuhnya pengasuhan anak-anak di tangan
orang lain selain orang tua, suami dan tante saya hehehe. Lagipula saya lebih
menyukai anak-anak saya memiliki ketergantungan terhadap saya ketimbang orang
lain (sekalipun itu orang tua atau suami ataupun tante hahaha). Walaupun kadang
lelah menghinggapi saya selalu berusaha untuk terus memotivasi diri dengan hal
tersebut. Saya tidak ingin membayangkan dan tidak sanggup membayangkan jika
anak-anak saya yang karena hanya sedikit waktu saya bersama mereka hingga
akhirnya mereka lebih memilih untuk berlindung pada orang lain ketimbang
memilih untuk lari dan memeluk saya, I’m
to be really jealous for it, very jealous and sad . Saya merasa bahwa saya
tidak berarti menjadi seorang ibu manakala anak-anak tidak menjadikan saya
tempat ternyaman mereka untuk berlindung, saya tidak ingin hal tersebut
terjadi.
Karena itu saya sangat senang sekali ketika saya bisa pindah ke tempat
kerja yang baru dimana tempat kerja yang baru tersebut membuat saya memiliki
waktu yang lebih banyak di rumah bersama anak-anak. Di tempat lama saya
sebenarnya jauh lebih berpeluang dalam soal karir berkaitan dengan latar
belakang pendidikan saya, tapi biarlah karir masih bisa dikejar kesempatan
untuk bekerja masih bisa dimiliki puluhan tahun lagi tetapi masa kecil
anak-anak saya hanya sekali tak akan pernah terulang. Prioritas saya saat itu
adalah anak-anak, menemani masa-masa Golden Age mereka.
Sudah bisa membayangkan bukan, bagaiman saya menjalani
hari-hari saya bersama duo balita super lincah dan besar rasa ingin tahunya
ini? Hahaha. Dengan mengenal yoga, saya jauh lebih bisa mengontrol emosi saya.
Emosi, ketidaksabaran serta kepanikan yang datang saat mumet menghadapi kondisi
sebagai seorang ibu dari 2 balita dan wanita karir yang bekerja di kantor). Sebenarnya olahraga apapun juga bisa membuat kita fresh dan
bugar. Sholat dan tilawah juga menjadi hal yang terbaik dalam mengontrol emosi
seseorang tetapi yoga bisa digunakan di waktu-waktu kita sedang kedatangan tamu
bulanan yang tentu saja tidak diperbolehkan untuk melakukan sholat, padahal
saat menstruasi justru saat itulah tingkat sensivitas seorang wanita meningkat
akibat ketidakseimbangan hormone yang sedang terjadi dan membutuhkan yang
namanya relaksasi. Nah, yoga bisa menjadi solusi saat masa menstruasi tentunya
dengan beberapa gerakan yang khusus dilakukan saat datang bulan karena da
beberapa pose yang terlarang dilakukan saat menstruasi. Selama ini saya tidak pernah berhenti mencari
dan belajar ilmu khusyuk saat sholat, saya berpikirnya khusyuk dalam sholat itu
hanya berbicara tentang apa yang terjadi dalam hati dan pikiran saja, saya sama
sekali tidak berpikir bahwa gerakan dalam sholat harus diselaraskan dengan hati
dan pikiran, kecuali hanya pada saat posisi sujud saja (pada saat sujud saat
kita berdoa kita senantiasa merendahkan diri di hadapan Allah tunduk
kepada-Nya), selain posisi sujud saya hanya memaknai khusyuk dalam hati dan
pikiran saja tanpa menyelaraskan seluruh gerakan sholat dari awal sampai akhir.
Dengan berlatih yoga lama kelamaan saya mulai memahami bahwa sholat tidak
semata-mata berarti gerakan yang terpisah dengan rasa khusyuk melainkan
kesemuanya itu adalah satu paket yang pada akhirnya memberi manfaat kualitas
fisik dan mental kita menjadi lebih baik. Yoga tidak bisa totally menggantikan
sholat, bagaimanapun sholat jauh lebih wajib daripada yogatetapi sholat dan
yoga bisa saling mengisi sebagaimana yang saya jelaskan tadi dimana yoga bisa
tetap dilakukan saat menstruasi saat emosi dan sensitivitas kita sebagai wanita sedang meningkat.
Nah rupanya kemudahan yang sudah Allah berikan bagi saya
ini, bermakna agar supaya saya jauh lebih bisa menjalani hari-hari saya tersebut
dengan jauh lebih sabar, tenang, dan sehat. Lebih belajar untuk merespon
daripada bereaksi. Dan hal lucu yang terjadi adalah ketika saya semakin
berusaha belajar sabar justru saya semakin diberi oleh Tuhan hal-hal yang
sangat menguji kesabaran saya, dan pernah juga saya kebablasan menjadi marah
saat menghadapi sesuatu yang pada saat itu menurut saya adalah suatu hal yang
tidak adil, hahaha semoga jangan terulang lagi. Bagi saya sholat adalah
kebutuhan, tanpa sholat kacaulah hidup saya. Yoga juga demikian menjadi salah
satu kebutuhan (tingkat levelnya di bawah sholat dan aktivitas ibadah yang
lainnya, bagimanapun kewajiban sebagai muslim adalah nomor 1).
![]() |
sesi pose sesaat setelah berbagi yoga di kawasan Car Free Day Lapangan Boki Hotinimbang Kotamobagu, anak kedua saya yang tidak mau lepas dari pelukan ibunya :D |